Rabu, 14 Oktober 2009

Tentang Persimpangan

Pada suatu hari berhujan, kita bertemu di sebuah persimpangan. Kita saling menyapa, lalu sudah itu berlalu tanpa pernah menoleh lagi. Tahukah kamu? Saat itu aku berbalik lagi. Memandangi punggungmu yang menjauh. Begitu besar inginku untuk memanggil namamu, memintamu sejenak saja mengajariku mengenal arah mata angin. Tapi bahasaku hanya rasa yang menguap di udara. Aku hanya mendengar suaraku sendiri yang tiba-tiba tercekat di kerongkongan.
Tentu saja kau terus berjalan, tanpa pernah menoleh lagi.
Lalu, pada suatu fajar di mana embun-embun mulai menyapa dedaunan sehabis hujan,titian waktu kembali mempertemukan kita di persimpangan lain. Mimik mukamu jelas terbaca. Mencoba mereka-reka siapa aku...
Tapi, tiba-tiba kau menyapaku dan saat itu juga aku tidak ingin menyalahkan waktu lagi, juga jarak yang tak pernah berpihak. Bahkan aku tidak peduli lagi bila dunia berkonspirasi menyeret aku menjauhimu. Aku hanya ingin tetap di sini, bersamamu...

Mungkin hidup adalah tentang menemukan...
dan aku menemukan 'diriku'
di persimpangan ini...

Apa itu alasan seseorang memutuskan untuk bersama seseorang yang lain?

Senin, 12 Oktober 2009

Tentang ketidakpastian

Ada satu masa dalam hidup ketika kau tiba di suatu titik yang jengah
Kau begitu ingin berhenti di situ, menyudahi semuanya
Kau seperti ingin berteriak saja karena tak juga menemukan jawab dari semuanya
Kau ingin berlari sejauh mungkin
Ketika kau melihat semua persimpangan yang kau temui semakin membingungkan
Ketika sengkarut itu makin menyata di hadapanmu
Saat kau begitu dikejar ketakutan yang samar


27 Tahun berlalu
Aku sering tidak sadar kalau perjalananku sudah sejauh ini

Pernah aku begitu membenci seseorang
Pernah aku begitu membenci diriku sendiri

Menyesali semua yang terjadi
Merutuk apa yang kudapat

Tapi aku juga ingat

Aku pernah begitu mencintai hidup
Aku pernah begitu bahagia

Begitu banyak kekecewaan, begitu banyak kebahagiaan
Mungkin apa yang membuatku payah adalah karena aku sering menolak takdirku

Sering aku marah pada Tuhan yang membiarkan semua ini terjadi, tapi dalam sedetik ada suara dari hati kecilku yang memaksaku melafadz syukur karena Dia mengizinkan semua itu terjadi

Aku sendiri yang membuat sengkarut itu semakin rumit
Aku tahu harus bagaimana tapi tak juga melakukan apa-apa

Kehampaan ini
Kekosongan ini

Tak jarang juga mendapati diri asing di tanah asing

Tapi, tiga tahun terakhir ini betul betul membuatku menjadi sosok yang baru
Aku mulai belajar menghikmati setiap detik, menit, jam dan perputaran waktu dalam setiap hela nafas

Kadang ketika aku berangkat ke kantor, aku merasakan hidup begitu bersemangat,
tapi ketika mengingat pulang, aku seperti tiba-tiba tak bertenaga
Aku bukanlah manusia yang senang keramaian
Aku bahkan begitu mencintai kesendirian.
Tapi tak urung juga ketika pulang ke rumah,terkadang kesendirian itu justru berbalik menjadi bumerang


Tak ada sesiapa
Senyap...
Suara TV yang kunyalakan setiba di rumah, dengan -berita yang membosankan-gosip selebritas tak penting namun menjadi penting karena banyak yang menontonnya-plus iklan-iklan maksa-seperti sudah menjadi musik latar kelelahan yang tak lagi kupedulikan

Awalnya begitu menyiksa
Tapi, aku begitu terkejut ketika menemukan, toh tidak seburuk itu juga
Aku mencoba melihat sisi terangnya. Semua pencapaian yang kuraih, luka yang keperoleh setiap kali aku habis terjatuh,semua membawa aku ke titik di mana aku berpijak sekarang
Lalu,aku melihat diriku lagi
Mencoba menatap hidup yang pongah dengan kepala tegak
Ternyata ada satu hal sederhana yang bisa kulakukan dengan mudah

BERSYUKUR

Entah bagaimana akhirnya nanti, aku tidak ingin berhenti di titik ini, aku akan melangkah, walaupun jalan yang akan kulewati tampak begitu menakutkan dan penuh ketidakpastian
Karena tidak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali suatu saat kehidupan ini akan berakhir
dan benar kata orang-orang itu, satu-satunya cara mengatasi KETAKUTAN itu adalah dengan MENGHADAPINYA


P.S. Untuk para sahabat yang selalu ada di saat aku jatuh...Terima kasih...
P.P.S. Untuk A.F.G, perjalanan ini sudah kumulai lagi. Tanpamu.

pic.source:google

Rabu, 22 Juli 2009

Terkadang Pilihan yang Terbaik adalah Menerima

Aku menyaksikan Ayah menitikkan mata hari ini. Kali kedua aku lihat. Entah karena apa. Tidak seperti biasanya. Aku mencoba mengabaikan. Mencoba tidak melihat pada tubuhnya yang semakin ringkih oleh usia dan tempaan hidup yang berat. Mencoba tersenyum. Meyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja. Lalu mengalihkan pandangan ke wajah ibu demi mencari kekuatan agar aku bisa pergi dengan tenang.Tapi aku tak berhasil. Di wajah itu aku malah sorot mata yang memancarkan kesedihan yang lebih dalam.Ayah, Ibu, maafkan aku.

Tuhan, aku benci saat-saat ini.
Saat-saat aku harus kembali ke dunia di mana aku terus meyakinkan diri sendiri bahwa itulah tempat yang telah aku pilih sejak awal. Dengan segala asa, konsekwensi, komitmen, juga hal-hal yang awalnya enggan kulepaskan. Cinta, sahabat, semua yang kuakrabi dalam jalinan waktu yang panjang dan menyepuhkan kenangan manis-pahit silih berganti.

Waktu begitu cepat berlalu dalam genggaman.
Dan aku kembali menemukan varian rasa berkecamuk dan melebur menjadi satu dalam hati dan benakku. Entahlah. Aku semakin tak mengerti hidup. Semakin aku bertanya, sengkarut itu semakin melilitku. Menggiring aku ke dalam pusaran takdir yang kupilih dengan sadar. Mungkin aku harus berhenti bertanya dan mulai menghikmatinya lagi. Mengingat pada waktu ke depan yang pernah menjanjiku hadiah tak ternilai untuk orang-orang yang kukasihi.

Syukur tiada henti. Harapan tiada putus. Selalu berlomba satu sama lain mengukir kuantitasnya dalam munajah di tiap sepertiga malam.

Mungkin hidup memang harus dijalani tanpa pertanyaan agar semuanya bisa terlalui dengan ikhlas. Supaya tiada kebingungan menderai setiap langkah yang kita tempuh dengan harap-harap cemas.

Tapi bukankah kebingungan-kebingungan yang justru akan mempertemukan kita pada makna kehidupan itu sendiri?

Bukankah pertanyaan-pertanyaan itu pula yang mengantarkan kita pada keberakhiran seperti apa yang kita inginkan nantinya?

Pada telaga eksistensi dan aktualisasi penghambaan pada sang Penjawab Pertanyaan yang selalu Maha Adil dalam membuat skenario kehidupan bagi masing-masing umatnya?

Mungkin semua tanya itu ada untuk membuat kita belajar bahwa hidup akan selalu diliputi kabut tak teraba yang takkan mampu kita tembus selain oleh Sang Pemberi roh kehidupan itu sendiri.

Segala tawa suka- air mata duka. Semua hanyalah pemanis.
Segala Bahagia-Kecewa. Semua hanyalah penceria.

Sungguh dibutuhkan kebesaran jiwa dan kebijakan hati yang luar biasa.
Sesuatu yang hampir mustahil selalu dimiliki jika dihadapkan pada berbagai pilihan hidup yang tak pernah mudah dengan ego-ego duniawi dan mimpi-mimpi surgawi di dalamnya. Walaupun pada kenyataannya, mau susah atau senang tinggal pilih saja. Toh syarat dan ketentuan telah tertulis dengan jelas.

Dan terkadang pilihan terbaik adalah menerima. Dan aku akan melihat kemana pilihan ini akan membawaku.

Di sinilah aku.
Kembali menaiki kereta takdirku. Mencoba tidak berpaling ke belakang. Bagaimanapun, sepahit dan seberliku apapun jalannya. Jika ini demi mereka, akan kulakukan. Dan lagi-lagi aku mencoba meyakinkan diri. Bahwa selalu ada hal yang harus kita lepaskan untuk sesuatu yang ingin kita raih. Karena memang mustahil untuk memiliki semua yang kita inginkan.

Ayah, Ibu. Restu dan doamu sungguh akan senantiasa menguatkan anakmu dalam mencapai cita dan mimpinya.

Makassar dini hari, 21-07-2009.

Jumat, 01 Mei 2009

Tentang Maaf.....

Manakah yang lebih mudah antara meminta maaf atau memaafkan? Ketika hati diliputi kebencian, maaf takkan pernah terucap. Demikian pula ketika hati dipenuhi perasaan enggan dan tinggi hati, niat untuk meminta maaf pun tak akan pernah muncul.

Lalu seberapa berbesarhatikah kita untuk meminta maaf atas kesalahan kita?
Dan seberapa ikhlaskah kita untuk memaafkan-orang orang yang telah menyakiti kita?

Pertanyaan—pertanyaan inilah yang menyeruak di benak saya tatkala melihat reality show “Tak Ada yang Abadi” di RCTI tadi malam. Satu tayangan yang bagus menurut saya. Saskia A. Mecca dan Ali Zainal berhasil membawakan acara ini dengan sangat apik.

Dengan suara latar vokal Ariel yang menyanyikan lagu dengan judul yang sama, pemirsa dibawa untuk turut merasakan kecamuk perasaan Pak Anton, juga kesedihan dan kebencian yang meliputi keluarganya. Pasalnya, dikisahkan Pak Anton telah merampas harta warisan keempat orang adiknya. Kejadian ini menyebabkan sang Ibu shock dan akhirnya meninggal dunia. Hal inilah yang membuat keempat adik Anton tidak mau memaafkan kakaknya itu. Ulah Anton telah membuat mereka jatuh miskin.Anton pun akhirnya mendapat balaasan setimpal karena ia mengalami kecelakaan yang merenggut kaki kirinya. Kejadian itu membuatnya sadar dan ingin meminta maaf pada adik-adiknya. Usaha Anton membutuhkan penuh perjuangan keras karena ke empat adiknya sangat membenci Anton. Caci maki, hardikan, dan sumpah serapah pun mengalir deras dari mulut mereka.

Reaksi mereka memang wajar dan tidak bisa disalahkan juga. Atas semua sakit hati dan penderitaan yang mereka rasakan, mereka pun menutup pintu maaf bagi Anton.
Akhir kisah, Anton hanya berhasil mendapat maaf dari satu adiknya.


Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari reality show ini. Tentang satu kata, MAAF.

Di satu sisi kita masih belum dapat melupakan semua sakit hati yang mereka ciptakan, bahkan luka yang mereka torehkan belum mengering. Penderitaan berkepanjangan akibat ulah mereka juga menyengsarakan (lebay mode ON).

Sementara di sisi lain kita sepenuhnya menyadari bahwa itu salah. Kita tahu betul bahwa Tuhan selalu membuka pintu maaf bagi hamba-Nya. Hati kecil kita pun seolah berbisik bahwa manusia tak lebih dari mahluk lemah yang mudah sekali berbuat khilaf. Kita pun bukan mahluk sempurna tanpa cela.
Lalu, sampai kapan rasa sakit itu harus kita biarkan menggegorogoti hati dan keseharian kita? Padahal mungkin saja dengan memafkan mereka hati kita menjadi lega dan hidup pun menjadi lebih tenang?


Mari saling memaafkan (kok seperti momen idul fitri yah? Wkkkkkk)
Cheers ^-^

Sumber gambar : Uncle Google

Jumat, 27 Maret 2009

Dapat kiriman dari caleg tak dikenal...

Kemarin-kemarin, saya sudah tidak mau ambil pusing dengan ulah para caleg yang sangat sewenang-wenang mengganggu pemandangan Kota Cantik Palangkaraya dengan atribut kampanye mereka yang disebar di mana-mana. Tapi, kemarin, say benar-benar kaget ketika seorang teman datang ke rumah dan tiba-tiba membawa paket HADIAH dari salah seorang caleg yang setelah saya lihat, sama sekali tidak saya kenal. saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Betapa semua cara ditempuh demi memperoleh satu suara. Berapa banyak uang yang harus dikeluarkan. Tidak heran sih mengingat besarnya pendapatan yang mereka akan terima bila berhasil menjadi anggota dewan nantinya, salah satu postingan sobat kita di MP di sini,
Ini nukilannya:
"Jika dihitung jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir 1 milyar rupiah. Data tahun 2006 jumlah pertahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000. Woww.. pantas jika mereka mengejar kursi DPR, belum lagi dana pensiunan yang mereka dapatkan ketika tidak lagi menjabat."

Apa yang ada di pikiran saya saat menerima paket itu adalah seandainya saja yang bersangkutan sudah mengadakan sosialisasi dari dulu-dulu, mendekati masyarakat konstituen bukan dengan "menyogok" , atau apapun namanya lah yang penting tidak instan seperti ini. Apa mereka tidak tahu ya, kalau masyarakat saat ini sudah pada cerdas? Sudah tahu yang mana yang tulus yang mana hanya ingin fulus? Apa mereka benar-benar berpikir kalau bangsa ini sudah dipenuhi orang-orang apatis yang tidak peduli siapapun yang yang terpilih, tapi lebih peduli pada siapa yang memberi paling banyak?

Belum lagi undangan beberapa caleg di facebook untuk ditambahkan sebagi teman. Mereka berharap bisa sesukses Obama yang berhasil mendulang suara dan sukses berkampanye lewat Facebook. Tanpa pernah berpikir bahwa Obama bukanlah orang yang tiba-tiba muncul di dunia politik menjelang pemilu berlangsung, bukan hasil rekayasa pihak-pihak berkepentingan yang mendompleng popularitasnya, juga bukan produk instan masyarakat global, apalagi seorang oportunis. Obama merintis karirnya semenjak masih berstatus sebagai maahsiswa di Harvard, bermula dari terpilihnya ia menjadi presiden Harvard Law Review - majalah yang berisi jurnal ilmiah ilmu hukum pada Februari 1990. Sampai ia berhasil menjadi senator di Ilinois pada tahun 2004 dan akhirnya mengajukan diri sebagai calon presiden dari Partai Demokrat pada 2007. Obama bukannya tidak pernah merasakan kekalahan telak, karena ia pun pernah gagal terpilih menjadi angota Kongres badan Legislatif Chicago pada tahun 2000.
Saya tidak ingin memuji Obama di sini, yang ingin saya tunjukkan adalah betapa usaha Obama untuk menjadi orang nomor satu di negara sedigdaya Amerika Serikat adalah sebuah PERJUANGAN panjang, KERJA KERAS, KEULETAN , dan KESABARAN yang luar biasa. HAL INI YANG TIDAK SAYA TEMUKAN pada pribadi-pribadi caleg kita. Kebanyakan hanyalah mengandalkan popularitas, uang berlimpah, koneksi pertemanan, facebook, atribut kampanye, embel-embel pendidikan, pembohongan publik dan hal gila lainnya untuk menjadi anggota dewan (pada saat mencalonkan diri, terbayang nggak ya, betapa besar pertanggungjawaban mereka di akhirat kelak? Bukankah menjadi anggota dewan berarti mengurusi hajat hidup orang banyak?).


Jadi kembali ke paket yang saya terima tadi, saya bersyukur sekaligus iba pada sang caleg plus sangat berterima kasih. Tapi maaf saya tidak tersentuh.


*Berdoa semoga pemilu mendatang bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik*

Lihat juga "ulah gokil" para caleg dengan antribut kampanyenya di artikel yang berjudul PARADE POSTER CALEG LUCU di sini


Sumber tulisan:
  1. Karir Obama di http://www.beritaindonesia.co.id/cms/edisi-cetak/berita-utama/58-obama-anak-indonesia.html?start=1
  2. Riwayat Politik Obama :http://formatnews.com/?act=view&newsid=13603&cat=1
  3. http://kalipaksi.wordpress.com/2009/03/04/poster-caleg-lucu-bagian-iii/


Selamat Memilih, MPrs.




Rabu, 25 Maret 2009

Lagi-Lagi Masalah


Tulisan ini terinspirasi dari postingan salah satu sobat kita di MP. a.k.a. (saat membacanya tumben nih anak bijak banget, lagi kesambet kali ya???)hehehe, Peace Muse!

Berikut nukilannya

“…Sebuah benang merah kejadian hari ini yang membuat saya berpikir, mungkin ini jawaban dari Tuhan ^^. Ok, sebenarnya orang yang ada di sekitar saya juga mempunyai masalah yang hampir sama dengan apa yang saya alami…”


Tulisan yang bagus (dan tidak abal-abal ya Jo? )! cukup untuk membuat saya berhenti sejenak beraktifitas, lalu berkontemplasi mau kemana sih hidup ini kan dibawa? Segala pangkat jabatan, kenyamanan lahiriah dan batiniah yang dirasakan penulis menurut saya memang terkadang termanipulasi oleh satu hal, yaitu MATERI. Tulisan sobat kita ini sepertinya lahir dari hasil JERIHALE sessionnya (iya kan Muse? ) tentang masalah *L* yang dihadapi teman-teman yang bersangkutan (kok saya jadi ikut-ikutan ya?, qeqeqe). Yang unik adalah opini Muse berikut

"..Dan saya bersyukur tersiksa oleh angka-angka dan rumus-rumus daripada tersiksa oleh hal yang tidak penting yang bisa menghancurkan masa depan.."

Hmmm....patut dicoba

Lalu tanggapan saya adalah.

Just life the EGO rule,
E: asy
Go: ing...

Aturan” EGO” ini saya peroleh dari komentar teman terhadap salah satu catatan saya di facebook beberapa waktu lalu. Benar juga. Hidup ini sudah rumit kok, buat apa dibawa susah. Tapi tidak berarti saya menutup mata terhadap apa yang terjadi di sekeliling saya. Apalagi tidak memikirkan solusi permasalahan yang saay hadapi sambil menunggu keajaiban datang dan sim salabim..masalah saya selesai begitu saja, tanpa ada proses pembelajaran di dalamnya. Saya sepenuhnya sadar, bahwa saya harus tetap berusaha mencari jalan keluar terbaik, yang tentunya bisa saya ditemukan dengan kepala dingin, pikiran jernih dan hati lapang.
Yang jelas, selama naluri masih bisa dipakai untuk menilai segala di sekiiling kita, selama itulah hidup masih bisa dimaknai. Tidak dengan menutup mata dan tidak mau ambil pusing. Setiap orang pasti punya masalah, tentu dengan kadar yang sudah ditetapkan Tuhan, sanggup atau tidak kita menghadapinya. Problems is the middle name of life. Dan bagi saya, masalah justru yang mengajarkan saya bagaimana menjadi dewasa-berpikir-bertindak-berbicara-bersikap, lebih bijak dan bisa melihat setiap persoalan tidak hanya dari sisi yang itu-itu saja, tapi juga dari sudut pandang orang lain.

Nah, ketika menghadapi orang dengan masalah hidup setumpuk yang lebih berat dari masalah saya, saat itulah saya juga baru sadar bahwa saya ternyata jauh lebih beruntung karena mendapatkan masalah-yang-belum-ada-apa-apanya-itu. Saya lalu buru-buru bersyukur dan beristighfar karena telah terlalu takabur menilai Tuhan telah begitu tidak adilnya pada saya.


Lalu ketika kita berusaha menguatkan teman yang sedang memiliki masalah, saat itu saya pasti bilang (ungkapan yang terdengat sangat klise) "SABAR. SYUKURILAH APA YANG KAMU MILIKI SEKARANG. JANGAN MENGELUH TERUS.

(Catat: Seklise apapun komentar ini, kalau diterapkan tetap manjur kok )

Yang jelas orang lain tidak sebahagia yang kita kira (contoh para koruptor itu juga pasti tidurnya tidak nyaman).

Yeah, hidup tanpa keluhan dan gerutuan memang sepertinya sangat mustahil dilakukan tapi itu akan membuat hidup jauh lebih mudah. Mengapa? Karena energi yang kita sisihkan untuk mengeluh akan mengurangi energi kebahagiaan dan rasa syukur dari apa yang kita miliki sekarang. Nothing comes easy, right? (Dr.Mr)



P.S.
  1. Pendapat saya pribadi :tentang "L" word: Sepertinya kata ini terlalu sering kita salah artikan, terlalu sempit dimaknai ya, jadi kok kesannya apatis banget dengan kata yang satu itu, hehehe.(Ada apa nih Muse? )
  2. Well, yeah it's not the time for preaching I know. Tapi bukankah harus ada orang yang berpikiran jerbnih ketika banayak orang yang pikirannya lagi mumet?
  3. Saat ini saya juga tengah menghadapi masalah yang begitu berat (menurut saya tentunya, jadi tulisan ini saya tujukan untuk diri saya, agar berbesar hati, lebih sabar dan tetap bisa berpikir jernih.

Sumber gambar: spiderman.psych.purdue.edu dan lawfirmblogging.com



Belajar Hidup

Aku tak pernah mengerti hidup. Seolah berjalan semaunya tanpa peduli begitu banyak pertanyaan menggantung. Sang kala tetap pongah berjkalan, kadang berlari, meninggalkan mereka yang masih tertatih memungut kenangan. Mereka yang terus mencoba menyusun lembar sejarah dan merangkai puzzle setiap inci hidup mereka, entah untuk apa. Manusia memang aneh, terlalu suka memelihara kenangan, sesuatu yang tak sadar menghambat mereka melangkah, menghalangi pandangan mereka pada dunia yang tak pernah memandang kenangan. Kenangan yang terkadang membuat mereka tak bahagia tapi mereka simpan sampai usia menua, mungkin sampai menutup mata. Ada yang tahu mengapa?


Pic source: limitlesstuff.blogspot.com

Selasa, 24 Maret 2009

What an a*****!!!

Iseng pas jam istirahat kemarin, saya ngobrol-ngobrol dengan salah seorang teman kantor yang terkenal playboy, yang suka gonta ganti pasangan. Saya pribadi menilai yang bersangkutan sebagai pria baik baik dan setia (karena saya sendiri belum pernah dijahilin oleh dia) . Singkat cerita, inilah sekelumit hasil percakapan nggak penting kami (tentu saja sebagaian sudah disensor demi menghindari yang bersangkutan ditimpuk teman sekantor)
Saya :" Dud, (maafkan saya Dude Harlino, ini bukan Anda kok), gimana kalau ada cewek sini (dia kebetulan pendatang sama seperti saya) yang naksir kamu?"
Dude gadungan:" Liat-liat dulu dong ceweknya kaya gimana, kalau oke bolehlah"
Saya :"Oke gimana? Nggak macam-macam gitu?"
Dude :" Iya, kalau dia sudah bertingkah, tinggalin aja (catat: dia ngomong begini dengan mimik muka yang sangat pongahnya asli mimik playboy tengil!)
Saya: "Trus, gimana dong dengan pacar kamu di kampung sana? Kasian loh!"
Dude gadungan :" Yaaa Ma, masak kita mau makan ayam terus?
Whaaatttttttt??? A Y A M?
Brensek nih cowok, cewek disamakan dengan ayam!! (tentunya makian ini cuma dalam hati dong)
Dengan jengkel saya langsung pamit dengan alasan ada kerjaan. Hmm bener-bener buang waktu deh ngobrol ama cowok ini!


Jumat, 27 Februari 2009

Jalan-Jalan Ke Medan

Alhamdulillah, setelah berkutat menyelesaika makalah dan melalui proses seleksi yang cukup ruwet, akhirnya saya bisa berangkat ke Medan mewakili kantor untuk mengikuti Seminar Internasional PLU-6. Seminra ini akan diadakan dari tanggal 2--3 Maret 2009 di Hotel Madani Medan. Walaupun ini bukan kali pertama, perasan ketar-ketir dan less confident tetap menyerang. Pasalnya di sana saya akan berhadapan dengan para pakar linguistik baik dari luar negeri dan dalam negeri. Secara, saya masih awam di dunia linguistik.


Mohon doanya ya. semoga semuanya bisa berjalan lancar.
Dan semoga ada kesempatan untuk mengunjungi Danau Toba dan Merdeka Walk (penasaran ama tempat ini, solanya sering banget diliput di acara-acara Kuliner dan backpacker di TV), juga tempat menarik lainnya .


Selasa, 10 Februari 2009

Doa Para Lajang

Puisi yang unik buat para lajang nih. Enjoy, Gals.

Thank God, untuk…

Kemerdekaan menjalani hidup
Keleluasan mengejar karier
Waktu melimpah untuk hang out
Tidur yang nyenyak tanpa dengkuran
Kemewahan untuk menikmati kesendirian
(dan banyak lagi yang terlalu panjang untuk kami sebut semua dalam doa kami )

Beri kami kesabaran untuk
Tidak kurang ajar menghadapi tuntutan ortu
Selalu tersenyum bila ditanya’mengapa keenakan melajang’
Tidak tertawa atas curhat teman-teman tentang urusan rumah tanganya

Beri kami kekuatan untuk
Tidak melepas masa lajang hanya karena everbody does
Tidak melepas masa lajang karena takut stigma perawan tua
Tidak melepas masa lanjang karena dianggap menghalangi jalan adik kami
Tidak melepas masa lajang karena terlanjur berbadan dua
Tidak melepas masa lajang untuk bayar utang

Dear God
Biarkan kami menikmati kesendirian kami
Dan merelakannya pergi pada waktunya
Atau bila Kau anggap kami terlalu egois bersenang-senang sendiri
Berikan kami teman terbaik untuk berbagi kesenangan
The good one, of course, if you don’t mind..

By :Emma

Sumber Majalah Chic No. II.14-27 Februari 2007, Halamn 63

Senin, 09 Februari 2009

Finding Soulmate

Beberapa waktu lalu seorang rekan kita di MP, memposting tulisan yang berjudul ”Pertanyaan Wajib Keluarga”.Tentang bagaimana keluarga begitu PERHATIAN akan kehidupan pribadinya a.k.a urusan mencari jodoh, a.k.a pertanyaan yang banyak membuat para lajang gerah dah menjadi tidak nyaman dengan kesendiriannya. Nah tulisan berikut juga tidak jauh-jauh dari masalah ini. Hanya beberapa alternative jawaban bila pertanyaan wajib keluarga itu tiba-tiba datang begitu sering.
Tullisan ini tidak bermaksud membawa aliran feminisme sama sekali. Pure sharing...
Kemarin siang bos bilang ke aku
“Ma, kantor kita cuci gudang nih tahun ini”,
“Maksud Ibu?”( ini aku yg belum loading mksud pertanyaan itu apa)
“Iya, taun ini kan Dessy Merit, Ami merit, Heza lagi nyari hari baik. Trus orang tua Erlangga juga mo datang loh liat calon mantunya”(cerosos bos panjang lebar)
“Well…well(ini bukan nama pemandu acaranya Republik Mimpi loh)
Kepalaku mulai nyut-nyutan, dadaku mulai sesak, perutku keroncongan(laper)
Lagi 2 pertanyaan itu…hiks..hiks.

“Aduh bu, saya mah nyante aja, belum kepikiran(boong banget, ini adalah salah satu jurus tangkas dan dijaminn jitu untuk menghadapi pertanyaan sebagai berikut)
"Kapan nyusul?"
"Kapan kawin?"
"Nikahnya dah mau kan?"(pertanyaan orang sok tahu alias suka nuduh asal)
“Denger2 mo merit…ini (pastinya harus diaminkan, hehehehehe)
“Duh, tunggu apa lagi sih?
“Eh ingat loh umur itu bertambah trus loh”
Bla..bla...
Pilihan jawababnya bisa sebagai berikut
• Alternatif jawaban-jawaban sok masih asik melajang :p :
1. Aduh saya mah nyante aja
2. Saya masih asyik berkarir nih
3. ngapain sih buru-buru
4. ah aku mo nyenengin bapak-ibu dulu,
5. wah aku belum puas nikmati gaji aku sendiri
6. emang apa sih enaknya nikah?
7. ah sante aja, jodoh ga kemana, kalo dah waktunya juga nikah
8. belanda masih jauh(kamu bisa nemuin relasi jawaban ini dnegan pertanyan di atas?hehehehehe
9. Ah si A yng umurnya 30 aja belum merit nyante aja
10. Ah aku belum siap nih, urus diri sendiri aja belum mampu, apalagi urus suami?
• Alternative jawaban sok membesarkan hati :
1. Tuhan belum ngasih yang terbaik
2. aku belum nemuin orang-yang bener2 sayang ma aku
3. Semua pasti punya maksud
4. Emang belum waktunya kaleeee
• Alternatif jawaban sok santai(santai ato santai?
1. abis ga ada yang mau sih
2. kamu mau cariin aku ga?
3. abis cowok-cowok oke udah habis sih
4. males, nikah juga belum tentu menyelesaikan masalah aku.

Trus tadi siang Gea , sahabat aku dari kecil nelpon.
Omongannya cukup menyentil insting kesendirianku yang tak pernah terusik(aduh bahasanya donk)
Seperti berikut:
Aku: “Santai aja (kata mantra, jurus penangkas tingkat 1)
Gea: “Tapi kan ma, kita butuh seseorang buat temen berbagi, untuk perlindungan dan rasa aman”.
“Emang sampai kapan mau kaya gini?”

So on....

Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya juga mengusikku.
Berada dalam situasi seperti itu memang sulit. Ketika sentilan tentangga mulai bikin telinga mekar, hidung kembang kempis (nah loh)
Ketika nenek ikutan sumbang suara:”Cu, selagi nenek sehat, sebaiknya ajak calon kamu ke rumah, (calon apa sih nek,emangnya calon bupati, presiden pacar aja ga ada?!)
Dan...... Tante mulai bilang, :tuh ponakan kamu minggu depan dah dilamar, kamu kpn nih(Yah wajarlah, mereka mejeng di kampung)
Dan...... Bunda nambah-nambahin: “Darma sayang, bunda sudah tidak sabar rasanya pengen gendong cucu”.
Bibi Titi Teliti bilang: Ma, Ga sabar nih pengen liat keluarga besar kita ngumpul lg
Ayah:tidak mau ketinggalan:” Ayah juga tidak sabar pengen ajak cucu ayah mancing, Nak
Si bungsu ikutan nyelektuk: Kak, calon kk iparku harus cakep seperti aku ya”(G penting bgt!)
ARRRRGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

Bisa ga sih dunia ini aman tenang dan damai tanpa pertanyaan-pertanyan itu
Aku sudah muak mendengarnya.
Kenapa sih orang-orang pada nggak bisa santai melihat kesendirianku
Akunya aja santai…
“….”
Em, santai nggak juga sih
Kadang-kadang aku juga kepikiran kok
Kadang-kadang aku jg cemas kok
Tapi, bukankah semua ada waktunya?
Aku pengen santai.
Tapi, sepertinya dunia di sekelililingku tidak akan membiarkanku demikian.
Pasti-deh ‘orang-orang sok care tapi nyakitin hati orang secara tanpa sadar”itu tidak akan tenang.

Huh, I hate being in this such condition
When will all these disasters be ended?
I do hold the remote of my life
So, am the one who control my life!!!
I my self!!!
How about you?

Lagunya Oppie yang berjudul Single Happy bener banget tuh!
Being single tidak ada salahnya kok, hidup bukan cuma seputar mencari pasangan, tapi bagaimana menjadi pribadi yang lovable' and qualified. Just enjoy your perfect time, gals!(DrMr)



Picture Source: www.chakpak.com

Senin, 02 Februari 2009

Narsis?Anda berbakat jadi caleg!

Om lagi kepengen bicara yang berat nih, mumpung Senin (sangat efektif untuk membuat Senin kalian tambah “nggak banget”, hehehehe). Sebelum kalian merasa bosan, langsung saja ke inti tulisan ini ya. Narsis, kata ini begitu sering terlontar dalam keseharian, ditujukan pada mereka yang punya kecenderungan untuk MEMUJI DIRI sendiri, dalam porsi berlebihan tentunya. Sikap yang sepenuhnya disadari bisa membuat orang lain yang mendengarnya pengen (maaf) nabok ataupun pingsan di tempat. Dalam banyak kasus sih, si pendengar akan mengalami mual tiba-tiba dan rasa ingin muntah yang luar biasa. Untung saja tidak disertai kejang-kejang dan konstipasi, hehehe.

Dalam politik, juga ada istilah narsisme. Ini terjadi pada para caleg. Ditujukan pada para caleg yang menilai dirinya setinggi langit melalui jargon kampanye yang mereka pasang di atribut kampanye mereka.Sepertinya sifat yang memuja diri sendiri secara berlebihan ini menjadi syarat utama untuk menjadi caleg. Lihat saja atribut kampanye di sekitar kita. Menjelang Pemilihan umum legislatif yang dijadwalkan akan berlangsung pada 9 April 2009 mendatang, ruang publik semakin dipenuhi oleh atribut kampanye calon anggota legislatif (Caleg) dan partai politik. Baliho, poster, stiker, spanduk, dan bendera, memenuhi jalan-jalan, gedung-gedung, rumah, batang pohon, dan kolom-kolom surat kabar. Sejauh mata memandang, di setiap sudut kota, di dekat lampu lalu lintas, di angkot, dsb. Karena ini NEGARA DEMOKRASI-salah-kaprah, para simpatisan partai dan caleg tampaknya merasa SAH-SAH SAJA menaruh atribut tersebut di mana saja ( baca:seenaknya). Tidak peduli atribut tersebut mengganggu pemandangan masyarakat, bahkan membuat eneg yang melihat.

Di setiap poster, caleg, ada yang unik. Ada kata-kata “narsis” seperti berikut:

Berani Bertindak untuk Rakyat
Gotong-royong, Bersih, Kompeten
Korupsi, No’!
Peduli euy
Perhatian
Saatnya Hati Nurani Bicara
Hidup adalah Perbuatan
Kita Waspadai Krisis Pangan
Insya Allah Amanah
Kritis, Tanggap, dan Aspiratif’
Percayakan Pemuda untuk Turun dan Berperan membangun Bangsa
Pastikanlah sudah Terbukti dan Teruji

Jargon-jargon kampanye tersebut hanyalah sebagian kecil dari usaha para caleg untuk meraih perhatian calon pemilih. Selain konsolidasi, mengunjungi tempat-tempat umum, berbicara di radio-radio, membagi sembako pada hari-hari besar agama, mengadakan pengajian, menggelar syukuran, membagi-bagikan kalender, mengaktifkan laman, mengirimkan pesan singkat ke masyarakat serta memasang iklan di media cetak dan elektronik. Namun, jargon-jargon yang terdapat pada poster, stiker, spanduk, dan baliho kampanye tampak menonjol karena berisi kata-kata persuasif. Dengan singkat dan berani, para caleg menilai dirinya setinggi langit, mengonstruksikan citra diri mereka, tanpa peduli apakah citra tersebut sesuai dengan realitas sebenarnya. Oleh pengamat komunikasi politik, Idy Subandi, usaha para caleg tersebut mengarah pada narsisme politik. Betapa tidak, citra diri yang ditampilkan para caleg banyak yang bertolak belakang dengan realitas sesungguhnya (Kompas, 14/02/2008).

Walau hasilnya akan terjawab di pemilu nanti, Apakah menurut kalian, jargon-jargon itu efektif ???


Rabu, 21 Januari 2009

Cinta Diri, bukan Narsisme

Seberapa besar anda mencintai diri anda sendiri? Cinta diri yang saya maksud di sini bukan narsisme loh.
Pertanyaan ini penting untuk dijawab karena akan sangat berpengaruh dengan bagaimana orang lain akan memandang anda. Nah, untuk mengetahui apakah anda cukup mencintai diri anda sendiri, berikut tiga tanda cinta diri dari Mario Teguh (You know who I am talking about, don't you?)

1. bisa melihat masa lalu tanpa penyesalan
2. bisa hidup hari ini dengan rasa syukur
3. bisa melihat masa depan tanpa rasa khawatir.


Kita tidak pernah bisa memutar balik waktu. Masa lalu tetaplah sama. Jika masa lalu penuh dengan kesalahan, mungkin yang terbaik adalah berhenti menyesal dan berjanji untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Kini tahun baru telah datang. Momen yang bagi kebanyakan orang merupakan momen yang tepat untuk berencana, berkomitmen untuk jadi lebih baik dari tahun sebelumnya, ada yang mengatakannya resolusi. Ttdak salah memang. Walau sebetulnya menurut saya tiap hari adalah hari untuk mengevaluasi, terus melangkah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Jadi, seberapa besar anda mencintai diri anda???

How much do you love your self???

(DrMr)



Kamis, 08 Januari 2009

Bitter Past

Mungkin memang seperti itulah cara yang tepat untuk lepas dari masa lalu. Lepas dari kenangan yang selama ini selalu mengikuti kemanapun kaki melangkah. Yah, dengan Menganggapnya sebagai balon, lalu meniupnya serta melepaskannya ke udara. Membiarkan balon itu terbang kemana arah angin berhembus lalu pada suatu ketika meletus di suatu titik ketinggian, lenyap begitu saja. Kalaupun meninggalkan serpihan letusan, kita tak bisa mencarinya lagi. Melepaskan semua. Semua kenangan yang indah sekaligus menyakitkan itu. Bukan lalu menyimpannya di dalam rapat-rapat dalam sebuah ruang tertutup di hati kita. Menguncinya lalu membuang kunci itu di mana entah. Toh ruang itu akan tetap ada di situ.

...
"Forgiving does not erase the bitter past. A healed memory is not a deleted memory. Instead, forgiving what we cannot forget creates a new way to remember. We change the memory of our past into a hope for our future.”

- Lewis B. Smedes

Selasa, 06 Januari 2009

Antisipasi Kerusakan Borobudur.

Mengalihkan sejenak perhatian kita dari Jalur Gaza, isu dampak pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan membuat Balai Konservasi Peninggalan Candi Borobudur merencanakan penelitian mengenai pengaruh pemanasan global terhadap bebatuan Borobudur. Penelitian itu dimulai dari mengamati dan mengumpulkan data menyangkut kelembapan, suhu dan curah hujan selama 20 tahun terakhir. Penelitian tersebut diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun.

Selain masalah pemanasan global, aspek kebersihan sepertinya juga harus mendapat perhatian yang serius baik dari pihak pemelihara situs budaya peninggalan sejarah tersebut maupun dari pengunjung candi. Akhir Desember lalu, saat saya dan keluarga sahabat berkunjung ke sana, kasus pengotoran candi—yang entah sadar atau tidak—semakin menjadi-jadi. Sampah di mana-mana. Saya bukannya mau sok peduli atau apa. Tapi miris rasanya melihat situs purbakala yang membuat bangsa ini dikagumi oleh bangsa lain tersebut dalam keadaan demikian. Melihat itu, dalam hati saya berujar, tidak heran bila kemudian Borobudur tidak lagi menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Sudah menjadi hukum alam bahwa bila suatu barang berharga—sebagus apapun dan setinggi apapun nilainya—bila tidak dirawat lama kelamaan pasti rusak. Demikian halnya dengan Borobudur. Semakin berkurangnya kesadaran untuk menjaga kelestarian candi dan meningkatnya sifat egoisme bangsa pemiliknya menjadi salah satu alasan tepat yang memicu hal tersebut.

Senin, 05 Januari 2009

Kontemplasi Awal Tahun

Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa kita jangkau. Sekeras apapun kita berusaha.Karena apa yang telah dituliskan dalam kitab takdir berbeda. Jadi, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah menerimanya dengan ikhlas dan yakin bahwa memang itulah yang terbaik.
Banyak hal terjadi tahun lalu. Hal-hal besar yang mengubah hidupku.
Baik-buruk. Pahit-manis.
Momen-momen indah menyenangkan
Juga saat-saat pahit menyakitkan
Saat berada di puncak nama baik.
Juga kala terpuruk di lembah kehancuran
Aku belajar banyak
Serat-serat makna hidup.
Tentang persahabatan
Tentang pentingnya berbagi
Tentang pengkhianatan.
Tentang kesabaran
Tentang cinta
Tentang sejatinya bahagia.
Aku tidak yakin apakah aku bisa melewatinya. Semua terlihat begitu berat.
Begitu banyak yang telah kukorbankan. Aku seperti hidup dalam jeruji ketakutan
Tapi aku sendiri tak bisa meraba ketakutan itu. Apa yang aku takutkan?
Begitu banyak pertanyaan berseliwaran di benakku. Semua seolah mengarahkan aku pada titik akhir. Titik di mana aku harus menyerah. Pada takdir.
Well, mungkin postingan ini nampak begitu pesimistis. Padahal ini baru awal tahun bukan?Awal di mana semua bermula. Harapan baru.Semangat baru.
Aku baru mulai babak baru dalam hidupku. Ketika aku memutuskan untuk menjalaninya, kupikir aku akan sanggup menghadapi semuanya. Tapi ternyata, tidak seperti yang aku bayangkan. Tapi, masih terlalu pagi untuk menyerah. Setidaknya aku harus mencoba. Mencoba melihat sejauh mana aku bisa bertahan dalam pusaran itu. Apapun yang ada di depanku nantinya, aku harus menghadapinya. Hidup adalah menjalani konsekuensi dari setiap pilihan, bukan? Dan aku telah memilih.
Aku mulai melangkah lagi. Menapaki titian harapan. Sambil harap-harap cemas
Semakin aku belajar, semakin aku mengerti bahwa perjalananku masihlah panjang.
Seberat apapun, aku harus tetap melangkah
Seperti cobaan yang menimpa saudara-saudara seiman di Gaza.
Memang seperti tiada akhir. Konflik berkepanjangan
Tapi semua pasti berakhir pada waktunya.
Yang aku perlukan hanya keyakinan dan kekuatan untuk bertahan, tidak menyerah begitu saja.


Cheers,

DrMr