Rabu, 14 Oktober 2009

Tentang Persimpangan

Pada suatu hari berhujan, kita bertemu di sebuah persimpangan. Kita saling menyapa, lalu sudah itu berlalu tanpa pernah menoleh lagi. Tahukah kamu? Saat itu aku berbalik lagi. Memandangi punggungmu yang menjauh. Begitu besar inginku untuk memanggil namamu, memintamu sejenak saja mengajariku mengenal arah mata angin. Tapi bahasaku hanya rasa yang menguap di udara. Aku hanya mendengar suaraku sendiri yang tiba-tiba tercekat di kerongkongan.
Tentu saja kau terus berjalan, tanpa pernah menoleh lagi.
Lalu, pada suatu fajar di mana embun-embun mulai menyapa dedaunan sehabis hujan,titian waktu kembali mempertemukan kita di persimpangan lain. Mimik mukamu jelas terbaca. Mencoba mereka-reka siapa aku...
Tapi, tiba-tiba kau menyapaku dan saat itu juga aku tidak ingin menyalahkan waktu lagi, juga jarak yang tak pernah berpihak. Bahkan aku tidak peduli lagi bila dunia berkonspirasi menyeret aku menjauhimu. Aku hanya ingin tetap di sini, bersamamu...

Mungkin hidup adalah tentang menemukan...
dan aku menemukan 'diriku'
di persimpangan ini...

Apa itu alasan seseorang memutuskan untuk bersama seseorang yang lain?

Senin, 12 Oktober 2009

Tentang ketidakpastian

Ada satu masa dalam hidup ketika kau tiba di suatu titik yang jengah
Kau begitu ingin berhenti di situ, menyudahi semuanya
Kau seperti ingin berteriak saja karena tak juga menemukan jawab dari semuanya
Kau ingin berlari sejauh mungkin
Ketika kau melihat semua persimpangan yang kau temui semakin membingungkan
Ketika sengkarut itu makin menyata di hadapanmu
Saat kau begitu dikejar ketakutan yang samar


27 Tahun berlalu
Aku sering tidak sadar kalau perjalananku sudah sejauh ini

Pernah aku begitu membenci seseorang
Pernah aku begitu membenci diriku sendiri

Menyesali semua yang terjadi
Merutuk apa yang kudapat

Tapi aku juga ingat

Aku pernah begitu mencintai hidup
Aku pernah begitu bahagia

Begitu banyak kekecewaan, begitu banyak kebahagiaan
Mungkin apa yang membuatku payah adalah karena aku sering menolak takdirku

Sering aku marah pada Tuhan yang membiarkan semua ini terjadi, tapi dalam sedetik ada suara dari hati kecilku yang memaksaku melafadz syukur karena Dia mengizinkan semua itu terjadi

Aku sendiri yang membuat sengkarut itu semakin rumit
Aku tahu harus bagaimana tapi tak juga melakukan apa-apa

Kehampaan ini
Kekosongan ini

Tak jarang juga mendapati diri asing di tanah asing

Tapi, tiga tahun terakhir ini betul betul membuatku menjadi sosok yang baru
Aku mulai belajar menghikmati setiap detik, menit, jam dan perputaran waktu dalam setiap hela nafas

Kadang ketika aku berangkat ke kantor, aku merasakan hidup begitu bersemangat,
tapi ketika mengingat pulang, aku seperti tiba-tiba tak bertenaga
Aku bukanlah manusia yang senang keramaian
Aku bahkan begitu mencintai kesendirian.
Tapi tak urung juga ketika pulang ke rumah,terkadang kesendirian itu justru berbalik menjadi bumerang


Tak ada sesiapa
Senyap...
Suara TV yang kunyalakan setiba di rumah, dengan -berita yang membosankan-gosip selebritas tak penting namun menjadi penting karena banyak yang menontonnya-plus iklan-iklan maksa-seperti sudah menjadi musik latar kelelahan yang tak lagi kupedulikan

Awalnya begitu menyiksa
Tapi, aku begitu terkejut ketika menemukan, toh tidak seburuk itu juga
Aku mencoba melihat sisi terangnya. Semua pencapaian yang kuraih, luka yang keperoleh setiap kali aku habis terjatuh,semua membawa aku ke titik di mana aku berpijak sekarang
Lalu,aku melihat diriku lagi
Mencoba menatap hidup yang pongah dengan kepala tegak
Ternyata ada satu hal sederhana yang bisa kulakukan dengan mudah

BERSYUKUR

Entah bagaimana akhirnya nanti, aku tidak ingin berhenti di titik ini, aku akan melangkah, walaupun jalan yang akan kulewati tampak begitu menakutkan dan penuh ketidakpastian
Karena tidak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali suatu saat kehidupan ini akan berakhir
dan benar kata orang-orang itu, satu-satunya cara mengatasi KETAKUTAN itu adalah dengan MENGHADAPINYA


P.S. Untuk para sahabat yang selalu ada di saat aku jatuh...Terima kasih...
P.P.S. Untuk A.F.G, perjalanan ini sudah kumulai lagi. Tanpamu.

pic.source:google