Jumat, 01 Mei 2009

Tentang Maaf.....

Manakah yang lebih mudah antara meminta maaf atau memaafkan? Ketika hati diliputi kebencian, maaf takkan pernah terucap. Demikian pula ketika hati dipenuhi perasaan enggan dan tinggi hati, niat untuk meminta maaf pun tak akan pernah muncul.

Lalu seberapa berbesarhatikah kita untuk meminta maaf atas kesalahan kita?
Dan seberapa ikhlaskah kita untuk memaafkan-orang orang yang telah menyakiti kita?

Pertanyaan—pertanyaan inilah yang menyeruak di benak saya tatkala melihat reality show “Tak Ada yang Abadi” di RCTI tadi malam. Satu tayangan yang bagus menurut saya. Saskia A. Mecca dan Ali Zainal berhasil membawakan acara ini dengan sangat apik.

Dengan suara latar vokal Ariel yang menyanyikan lagu dengan judul yang sama, pemirsa dibawa untuk turut merasakan kecamuk perasaan Pak Anton, juga kesedihan dan kebencian yang meliputi keluarganya. Pasalnya, dikisahkan Pak Anton telah merampas harta warisan keempat orang adiknya. Kejadian ini menyebabkan sang Ibu shock dan akhirnya meninggal dunia. Hal inilah yang membuat keempat adik Anton tidak mau memaafkan kakaknya itu. Ulah Anton telah membuat mereka jatuh miskin.Anton pun akhirnya mendapat balaasan setimpal karena ia mengalami kecelakaan yang merenggut kaki kirinya. Kejadian itu membuatnya sadar dan ingin meminta maaf pada adik-adiknya. Usaha Anton membutuhkan penuh perjuangan keras karena ke empat adiknya sangat membenci Anton. Caci maki, hardikan, dan sumpah serapah pun mengalir deras dari mulut mereka.

Reaksi mereka memang wajar dan tidak bisa disalahkan juga. Atas semua sakit hati dan penderitaan yang mereka rasakan, mereka pun menutup pintu maaf bagi Anton.
Akhir kisah, Anton hanya berhasil mendapat maaf dari satu adiknya.


Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari reality show ini. Tentang satu kata, MAAF.

Di satu sisi kita masih belum dapat melupakan semua sakit hati yang mereka ciptakan, bahkan luka yang mereka torehkan belum mengering. Penderitaan berkepanjangan akibat ulah mereka juga menyengsarakan (lebay mode ON).

Sementara di sisi lain kita sepenuhnya menyadari bahwa itu salah. Kita tahu betul bahwa Tuhan selalu membuka pintu maaf bagi hamba-Nya. Hati kecil kita pun seolah berbisik bahwa manusia tak lebih dari mahluk lemah yang mudah sekali berbuat khilaf. Kita pun bukan mahluk sempurna tanpa cela.
Lalu, sampai kapan rasa sakit itu harus kita biarkan menggegorogoti hati dan keseharian kita? Padahal mungkin saja dengan memafkan mereka hati kita menjadi lega dan hidup pun menjadi lebih tenang?


Mari saling memaafkan (kok seperti momen idul fitri yah? Wkkkkkk)
Cheers ^-^

Sumber gambar : Uncle Google