Jumat, 27 Februari 2009

Jalan-Jalan Ke Medan

Alhamdulillah, setelah berkutat menyelesaika makalah dan melalui proses seleksi yang cukup ruwet, akhirnya saya bisa berangkat ke Medan mewakili kantor untuk mengikuti Seminar Internasional PLU-6. Seminra ini akan diadakan dari tanggal 2--3 Maret 2009 di Hotel Madani Medan. Walaupun ini bukan kali pertama, perasan ketar-ketir dan less confident tetap menyerang. Pasalnya di sana saya akan berhadapan dengan para pakar linguistik baik dari luar negeri dan dalam negeri. Secara, saya masih awam di dunia linguistik.


Mohon doanya ya. semoga semuanya bisa berjalan lancar.
Dan semoga ada kesempatan untuk mengunjungi Danau Toba dan Merdeka Walk (penasaran ama tempat ini, solanya sering banget diliput di acara-acara Kuliner dan backpacker di TV), juga tempat menarik lainnya .


Selasa, 10 Februari 2009

Doa Para Lajang

Puisi yang unik buat para lajang nih. Enjoy, Gals.

Thank God, untuk…

Kemerdekaan menjalani hidup
Keleluasan mengejar karier
Waktu melimpah untuk hang out
Tidur yang nyenyak tanpa dengkuran
Kemewahan untuk menikmati kesendirian
(dan banyak lagi yang terlalu panjang untuk kami sebut semua dalam doa kami )

Beri kami kesabaran untuk
Tidak kurang ajar menghadapi tuntutan ortu
Selalu tersenyum bila ditanya’mengapa keenakan melajang’
Tidak tertawa atas curhat teman-teman tentang urusan rumah tanganya

Beri kami kekuatan untuk
Tidak melepas masa lajang hanya karena everbody does
Tidak melepas masa lajang karena takut stigma perawan tua
Tidak melepas masa lanjang karena dianggap menghalangi jalan adik kami
Tidak melepas masa lajang karena terlanjur berbadan dua
Tidak melepas masa lajang untuk bayar utang

Dear God
Biarkan kami menikmati kesendirian kami
Dan merelakannya pergi pada waktunya
Atau bila Kau anggap kami terlalu egois bersenang-senang sendiri
Berikan kami teman terbaik untuk berbagi kesenangan
The good one, of course, if you don’t mind..

By :Emma

Sumber Majalah Chic No. II.14-27 Februari 2007, Halamn 63

Senin, 09 Februari 2009

Finding Soulmate

Beberapa waktu lalu seorang rekan kita di MP, memposting tulisan yang berjudul ”Pertanyaan Wajib Keluarga”.Tentang bagaimana keluarga begitu PERHATIAN akan kehidupan pribadinya a.k.a urusan mencari jodoh, a.k.a pertanyaan yang banyak membuat para lajang gerah dah menjadi tidak nyaman dengan kesendiriannya. Nah tulisan berikut juga tidak jauh-jauh dari masalah ini. Hanya beberapa alternative jawaban bila pertanyaan wajib keluarga itu tiba-tiba datang begitu sering.
Tullisan ini tidak bermaksud membawa aliran feminisme sama sekali. Pure sharing...
Kemarin siang bos bilang ke aku
“Ma, kantor kita cuci gudang nih tahun ini”,
“Maksud Ibu?”( ini aku yg belum loading mksud pertanyaan itu apa)
“Iya, taun ini kan Dessy Merit, Ami merit, Heza lagi nyari hari baik. Trus orang tua Erlangga juga mo datang loh liat calon mantunya”(cerosos bos panjang lebar)
“Well…well(ini bukan nama pemandu acaranya Republik Mimpi loh)
Kepalaku mulai nyut-nyutan, dadaku mulai sesak, perutku keroncongan(laper)
Lagi 2 pertanyaan itu…hiks..hiks.

“Aduh bu, saya mah nyante aja, belum kepikiran(boong banget, ini adalah salah satu jurus tangkas dan dijaminn jitu untuk menghadapi pertanyaan sebagai berikut)
"Kapan nyusul?"
"Kapan kawin?"
"Nikahnya dah mau kan?"(pertanyaan orang sok tahu alias suka nuduh asal)
“Denger2 mo merit…ini (pastinya harus diaminkan, hehehehehe)
“Duh, tunggu apa lagi sih?
“Eh ingat loh umur itu bertambah trus loh”
Bla..bla...
Pilihan jawababnya bisa sebagai berikut
• Alternatif jawaban-jawaban sok masih asik melajang :p :
1. Aduh saya mah nyante aja
2. Saya masih asyik berkarir nih
3. ngapain sih buru-buru
4. ah aku mo nyenengin bapak-ibu dulu,
5. wah aku belum puas nikmati gaji aku sendiri
6. emang apa sih enaknya nikah?
7. ah sante aja, jodoh ga kemana, kalo dah waktunya juga nikah
8. belanda masih jauh(kamu bisa nemuin relasi jawaban ini dnegan pertanyan di atas?hehehehehe
9. Ah si A yng umurnya 30 aja belum merit nyante aja
10. Ah aku belum siap nih, urus diri sendiri aja belum mampu, apalagi urus suami?
• Alternative jawaban sok membesarkan hati :
1. Tuhan belum ngasih yang terbaik
2. aku belum nemuin orang-yang bener2 sayang ma aku
3. Semua pasti punya maksud
4. Emang belum waktunya kaleeee
• Alternatif jawaban sok santai(santai ato santai?
1. abis ga ada yang mau sih
2. kamu mau cariin aku ga?
3. abis cowok-cowok oke udah habis sih
4. males, nikah juga belum tentu menyelesaikan masalah aku.

Trus tadi siang Gea , sahabat aku dari kecil nelpon.
Omongannya cukup menyentil insting kesendirianku yang tak pernah terusik(aduh bahasanya donk)
Seperti berikut:
Aku: “Santai aja (kata mantra, jurus penangkas tingkat 1)
Gea: “Tapi kan ma, kita butuh seseorang buat temen berbagi, untuk perlindungan dan rasa aman”.
“Emang sampai kapan mau kaya gini?”

So on....

Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya juga mengusikku.
Berada dalam situasi seperti itu memang sulit. Ketika sentilan tentangga mulai bikin telinga mekar, hidung kembang kempis (nah loh)
Ketika nenek ikutan sumbang suara:”Cu, selagi nenek sehat, sebaiknya ajak calon kamu ke rumah, (calon apa sih nek,emangnya calon bupati, presiden pacar aja ga ada?!)
Dan...... Tante mulai bilang, :tuh ponakan kamu minggu depan dah dilamar, kamu kpn nih(Yah wajarlah, mereka mejeng di kampung)
Dan...... Bunda nambah-nambahin: “Darma sayang, bunda sudah tidak sabar rasanya pengen gendong cucu”.
Bibi Titi Teliti bilang: Ma, Ga sabar nih pengen liat keluarga besar kita ngumpul lg
Ayah:tidak mau ketinggalan:” Ayah juga tidak sabar pengen ajak cucu ayah mancing, Nak
Si bungsu ikutan nyelektuk: Kak, calon kk iparku harus cakep seperti aku ya”(G penting bgt!)
ARRRRGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

Bisa ga sih dunia ini aman tenang dan damai tanpa pertanyaan-pertanyan itu
Aku sudah muak mendengarnya.
Kenapa sih orang-orang pada nggak bisa santai melihat kesendirianku
Akunya aja santai…
“….”
Em, santai nggak juga sih
Kadang-kadang aku juga kepikiran kok
Kadang-kadang aku jg cemas kok
Tapi, bukankah semua ada waktunya?
Aku pengen santai.
Tapi, sepertinya dunia di sekelililingku tidak akan membiarkanku demikian.
Pasti-deh ‘orang-orang sok care tapi nyakitin hati orang secara tanpa sadar”itu tidak akan tenang.

Huh, I hate being in this such condition
When will all these disasters be ended?
I do hold the remote of my life
So, am the one who control my life!!!
I my self!!!
How about you?

Lagunya Oppie yang berjudul Single Happy bener banget tuh!
Being single tidak ada salahnya kok, hidup bukan cuma seputar mencari pasangan, tapi bagaimana menjadi pribadi yang lovable' and qualified. Just enjoy your perfect time, gals!(DrMr)



Picture Source: www.chakpak.com

Senin, 02 Februari 2009

Narsis?Anda berbakat jadi caleg!

Om lagi kepengen bicara yang berat nih, mumpung Senin (sangat efektif untuk membuat Senin kalian tambah “nggak banget”, hehehehe). Sebelum kalian merasa bosan, langsung saja ke inti tulisan ini ya. Narsis, kata ini begitu sering terlontar dalam keseharian, ditujukan pada mereka yang punya kecenderungan untuk MEMUJI DIRI sendiri, dalam porsi berlebihan tentunya. Sikap yang sepenuhnya disadari bisa membuat orang lain yang mendengarnya pengen (maaf) nabok ataupun pingsan di tempat. Dalam banyak kasus sih, si pendengar akan mengalami mual tiba-tiba dan rasa ingin muntah yang luar biasa. Untung saja tidak disertai kejang-kejang dan konstipasi, hehehe.

Dalam politik, juga ada istilah narsisme. Ini terjadi pada para caleg. Ditujukan pada para caleg yang menilai dirinya setinggi langit melalui jargon kampanye yang mereka pasang di atribut kampanye mereka.Sepertinya sifat yang memuja diri sendiri secara berlebihan ini menjadi syarat utama untuk menjadi caleg. Lihat saja atribut kampanye di sekitar kita. Menjelang Pemilihan umum legislatif yang dijadwalkan akan berlangsung pada 9 April 2009 mendatang, ruang publik semakin dipenuhi oleh atribut kampanye calon anggota legislatif (Caleg) dan partai politik. Baliho, poster, stiker, spanduk, dan bendera, memenuhi jalan-jalan, gedung-gedung, rumah, batang pohon, dan kolom-kolom surat kabar. Sejauh mata memandang, di setiap sudut kota, di dekat lampu lalu lintas, di angkot, dsb. Karena ini NEGARA DEMOKRASI-salah-kaprah, para simpatisan partai dan caleg tampaknya merasa SAH-SAH SAJA menaruh atribut tersebut di mana saja ( baca:seenaknya). Tidak peduli atribut tersebut mengganggu pemandangan masyarakat, bahkan membuat eneg yang melihat.

Di setiap poster, caleg, ada yang unik. Ada kata-kata “narsis” seperti berikut:

Berani Bertindak untuk Rakyat
Gotong-royong, Bersih, Kompeten
Korupsi, No’!
Peduli euy
Perhatian
Saatnya Hati Nurani Bicara
Hidup adalah Perbuatan
Kita Waspadai Krisis Pangan
Insya Allah Amanah
Kritis, Tanggap, dan Aspiratif’
Percayakan Pemuda untuk Turun dan Berperan membangun Bangsa
Pastikanlah sudah Terbukti dan Teruji

Jargon-jargon kampanye tersebut hanyalah sebagian kecil dari usaha para caleg untuk meraih perhatian calon pemilih. Selain konsolidasi, mengunjungi tempat-tempat umum, berbicara di radio-radio, membagi sembako pada hari-hari besar agama, mengadakan pengajian, menggelar syukuran, membagi-bagikan kalender, mengaktifkan laman, mengirimkan pesan singkat ke masyarakat serta memasang iklan di media cetak dan elektronik. Namun, jargon-jargon yang terdapat pada poster, stiker, spanduk, dan baliho kampanye tampak menonjol karena berisi kata-kata persuasif. Dengan singkat dan berani, para caleg menilai dirinya setinggi langit, mengonstruksikan citra diri mereka, tanpa peduli apakah citra tersebut sesuai dengan realitas sebenarnya. Oleh pengamat komunikasi politik, Idy Subandi, usaha para caleg tersebut mengarah pada narsisme politik. Betapa tidak, citra diri yang ditampilkan para caleg banyak yang bertolak belakang dengan realitas sesungguhnya (Kompas, 14/02/2008).

Walau hasilnya akan terjawab di pemilu nanti, Apakah menurut kalian, jargon-jargon itu efektif ???