Rabu, 21 Januari 2009

Cinta Diri, bukan Narsisme

Seberapa besar anda mencintai diri anda sendiri? Cinta diri yang saya maksud di sini bukan narsisme loh.
Pertanyaan ini penting untuk dijawab karena akan sangat berpengaruh dengan bagaimana orang lain akan memandang anda. Nah, untuk mengetahui apakah anda cukup mencintai diri anda sendiri, berikut tiga tanda cinta diri dari Mario Teguh (You know who I am talking about, don't you?)

1. bisa melihat masa lalu tanpa penyesalan
2. bisa hidup hari ini dengan rasa syukur
3. bisa melihat masa depan tanpa rasa khawatir.


Kita tidak pernah bisa memutar balik waktu. Masa lalu tetaplah sama. Jika masa lalu penuh dengan kesalahan, mungkin yang terbaik adalah berhenti menyesal dan berjanji untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Kini tahun baru telah datang. Momen yang bagi kebanyakan orang merupakan momen yang tepat untuk berencana, berkomitmen untuk jadi lebih baik dari tahun sebelumnya, ada yang mengatakannya resolusi. Ttdak salah memang. Walau sebetulnya menurut saya tiap hari adalah hari untuk mengevaluasi, terus melangkah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Jadi, seberapa besar anda mencintai diri anda???

How much do you love your self???

(DrMr)



Kamis, 08 Januari 2009

Bitter Past

Mungkin memang seperti itulah cara yang tepat untuk lepas dari masa lalu. Lepas dari kenangan yang selama ini selalu mengikuti kemanapun kaki melangkah. Yah, dengan Menganggapnya sebagai balon, lalu meniupnya serta melepaskannya ke udara. Membiarkan balon itu terbang kemana arah angin berhembus lalu pada suatu ketika meletus di suatu titik ketinggian, lenyap begitu saja. Kalaupun meninggalkan serpihan letusan, kita tak bisa mencarinya lagi. Melepaskan semua. Semua kenangan yang indah sekaligus menyakitkan itu. Bukan lalu menyimpannya di dalam rapat-rapat dalam sebuah ruang tertutup di hati kita. Menguncinya lalu membuang kunci itu di mana entah. Toh ruang itu akan tetap ada di situ.

...
"Forgiving does not erase the bitter past. A healed memory is not a deleted memory. Instead, forgiving what we cannot forget creates a new way to remember. We change the memory of our past into a hope for our future.”

- Lewis B. Smedes

Selasa, 06 Januari 2009

Antisipasi Kerusakan Borobudur.

Mengalihkan sejenak perhatian kita dari Jalur Gaza, isu dampak pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan membuat Balai Konservasi Peninggalan Candi Borobudur merencanakan penelitian mengenai pengaruh pemanasan global terhadap bebatuan Borobudur. Penelitian itu dimulai dari mengamati dan mengumpulkan data menyangkut kelembapan, suhu dan curah hujan selama 20 tahun terakhir. Penelitian tersebut diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun.

Selain masalah pemanasan global, aspek kebersihan sepertinya juga harus mendapat perhatian yang serius baik dari pihak pemelihara situs budaya peninggalan sejarah tersebut maupun dari pengunjung candi. Akhir Desember lalu, saat saya dan keluarga sahabat berkunjung ke sana, kasus pengotoran candi—yang entah sadar atau tidak—semakin menjadi-jadi. Sampah di mana-mana. Saya bukannya mau sok peduli atau apa. Tapi miris rasanya melihat situs purbakala yang membuat bangsa ini dikagumi oleh bangsa lain tersebut dalam keadaan demikian. Melihat itu, dalam hati saya berujar, tidak heran bila kemudian Borobudur tidak lagi menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Sudah menjadi hukum alam bahwa bila suatu barang berharga—sebagus apapun dan setinggi apapun nilainya—bila tidak dirawat lama kelamaan pasti rusak. Demikian halnya dengan Borobudur. Semakin berkurangnya kesadaran untuk menjaga kelestarian candi dan meningkatnya sifat egoisme bangsa pemiliknya menjadi salah satu alasan tepat yang memicu hal tersebut.

Senin, 05 Januari 2009

Kontemplasi Awal Tahun

Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa kita jangkau. Sekeras apapun kita berusaha.Karena apa yang telah dituliskan dalam kitab takdir berbeda. Jadi, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah menerimanya dengan ikhlas dan yakin bahwa memang itulah yang terbaik.
Banyak hal terjadi tahun lalu. Hal-hal besar yang mengubah hidupku.
Baik-buruk. Pahit-manis.
Momen-momen indah menyenangkan
Juga saat-saat pahit menyakitkan
Saat berada di puncak nama baik.
Juga kala terpuruk di lembah kehancuran
Aku belajar banyak
Serat-serat makna hidup.
Tentang persahabatan
Tentang pentingnya berbagi
Tentang pengkhianatan.
Tentang kesabaran
Tentang cinta
Tentang sejatinya bahagia.
Aku tidak yakin apakah aku bisa melewatinya. Semua terlihat begitu berat.
Begitu banyak yang telah kukorbankan. Aku seperti hidup dalam jeruji ketakutan
Tapi aku sendiri tak bisa meraba ketakutan itu. Apa yang aku takutkan?
Begitu banyak pertanyaan berseliwaran di benakku. Semua seolah mengarahkan aku pada titik akhir. Titik di mana aku harus menyerah. Pada takdir.
Well, mungkin postingan ini nampak begitu pesimistis. Padahal ini baru awal tahun bukan?Awal di mana semua bermula. Harapan baru.Semangat baru.
Aku baru mulai babak baru dalam hidupku. Ketika aku memutuskan untuk menjalaninya, kupikir aku akan sanggup menghadapi semuanya. Tapi ternyata, tidak seperti yang aku bayangkan. Tapi, masih terlalu pagi untuk menyerah. Setidaknya aku harus mencoba. Mencoba melihat sejauh mana aku bisa bertahan dalam pusaran itu. Apapun yang ada di depanku nantinya, aku harus menghadapinya. Hidup adalah menjalani konsekuensi dari setiap pilihan, bukan? Dan aku telah memilih.
Aku mulai melangkah lagi. Menapaki titian harapan. Sambil harap-harap cemas
Semakin aku belajar, semakin aku mengerti bahwa perjalananku masihlah panjang.
Seberat apapun, aku harus tetap melangkah
Seperti cobaan yang menimpa saudara-saudara seiman di Gaza.
Memang seperti tiada akhir. Konflik berkepanjangan
Tapi semua pasti berakhir pada waktunya.
Yang aku perlukan hanya keyakinan dan kekuatan untuk bertahan, tidak menyerah begitu saja.


Cheers,

DrMr