Selasa, 11 November 2008

Aku Batal Suka karena Kamu"..."

Rasa tertarik bisa datang, kapan saja, di mana saja.

Itu nukilan dari sebuah iklan shampo di TV yang sering banget muncul akhir-akhir ini.

Dalam hati aku menimpali

Begitu juga sebaliknya kita bisa saja jadi batal suka sama seseorang

I mean, seseorang yang menyukai kita atau sedang gencar mendekati kita urung mlanjutkat proses PDKT-nya karena sesuatu dan lain hal. Most of the case sih, kalau menurut analisa ga mutu saya nih yah, ada beberapa hal yang bisa membuat orng batal suka, misalnya:

1. The way we talk

Ini sering banget terjadi. Seseorang bisa saja love at first sight, tapi ketika dia mendengar kita berbicara, dia bilang begini

"OMG, bibirnya sih seksi ngalahin Angelina Jolie atau James McAvoy, tapi kok ngomongnya kaya gitu yah?

2. The way we laugh

Ini juga. Seseorang bisa saja jatuh cinta ama suara kita yang merdu dan seksi mendesah, hehehe, tapi ketika kita tertawa bak nenek lampir, atau bahkan mirip Syasya OB, si cowok atau si cewek yang lagi kesemsem bisa saja angkat koper alias kabur cari inceran baru.

3. Rambut kita K-E-R-I-T-I-N-G

Karena tren rambut lurus nan panjang masih tren, so begitu tau rambut kita bak mie instan, sementara dia begitu inginnya punya pacar yang ramburnya panjang dan lurus(dan tentu saja tanpa ketombe, hihihi) doi pasti kabur. Kecuali kalo dia mengidolakan Rachel Maryam atau Giring Nidji

(Yes, it happened to one of my friend)

4. Our eyes

Mata sih boleh ngalahin matanya Anne Hathaway atau Johnny Deep, tapi kalau belekan dan sering bintitan gimana dunk?

5. Karena kita suka makanan tertentu

Kita suka seledri dia tidak

Kita suka bawang goreng, dia tidak

Kita suka ceker ayam, dia suka coto kuda

Kita suka makan di warung pinggir jalan, dia suka dinner di lounge restaurant bintang lima

Kita suka nonkrong di kedai kopi, dia doyan nongkrong di cafe.

6. 7.8.9 dst.

Kalian boleh menambahkan sendri...

Jadi, apakah hukum ”I love you the way you are’ masih berlaku di sini?

Love unconditionally…masih adakah?(Dr.MR)

Jumat, 07 November 2008

Hanging Out

Hidupku begitu berwarna akhir-akhir ini. Setidaknya selama 1 bulan ini aku tidak hanya melihat hutan dan pepohonan rimba Kalteng, tapi juga mengecap dan menghirup udara belantara mall di ibukota (halah!). Walaupun aku sadar, aku harus berhadapan dengan polusi dan kemacetan di mana-mana, tapi itung-itung cari suasana baru.
So, berangkatlah aku dan 4 orang teman lain mengikuti sebuah kongres bahasa tingkat internasional (nyombong nih) yang alhmadulillah dibiayain kantor, hehehe. Forum ilmiah ini dihadiri oleh banyak pakar bahasa dari dalam dan luar negeri ini, termasuk kalangan pejabat dan selebritas Indonesia (bagi yang penasaran, silakan merujuk ke Kompas dan surat kabar harian lainnya untuk hari Rabu 29 Oktober yang lalu). Acara yang dibuka oleh Mendiknas Bambang Soedibyo ini sekaligus memperingati 80 tahun Sumpah Pemuda.Bersamaan dengan digelarnya cara ini, juga digelar pameran kebahasaan dan kesastraan, festival musikalisasi puisi, pemilihan duta bahasa, adi bahasa, sayembara cerita rakyat dan lain-lain. Tahun ini , kontingen musikalisasi puisu dari bumi Cendrawasih berhasil lolos sebagai juara umum mengalahkan sekitar 30 peserta dari provinsi lainnya. Adapun Duta Bahasa 2008 terpilih berasal dari Daerah istimewa Yogyakarta.(Peserta dari Kalteng hanya masuk sepuluh besar)

Acara ini turut dimeriahkan oleh monolog Butet Kartarajasa, Ebiet G. Ade (lumayan bernostalgila), Pembacaan Puisi oleh Ine Febriyanti, Dewi Yul, pementasan teater, dan masih banyak lagi.

Selepas kongres, aku dan 2 orang rekan lainnya tetap harus tinggal karena harus mengikuti diklat lagi, yang tentunya dijalani dengan senang hati karena waktu untuk menyambangi mall-mall dan pusat perbelanjaan di Jakarta (yang menjadi misi utama )menjadi lebih panjang. Dari Mall Ambassador, ITC Kuningan, Pasar Raya Manggarai dan Margo City Depok semua didatangi (kalap!)

Diklatnya bertempat di Cibinong, Bogor. Selama tiga minggu, aku harus mengerahkan segala kemampuan dan juga mempersiapkan tenaga agar tidak drop. Hari Minggu, 2 November, tepat pukul 13.15 WIB, bus kantor yang kami tumpangi tiba di Cibinong. Kami ber-39 orang dari seluruh Sabang sampai Merauke. Lumayan buat menambah network

Hari pertama dan kedua sangat seru. Outbound yang bertujuan untuk mengakrabkan peserta benar-benar bisa membuat kami lebih dekat satu sama lain. Dari Wall packing, Menyebrangi Sungai Membrano, permainan dewa mabok, paku bumi, zat kimia, dan menyebrangi danau dengan rakit buatan kami menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi peserta tidak hanya berasal dari satu instansi saja. Depdagri, Depdiknas, Dephub, LAN, Deptan, dan sekjen DPR pun ikut.
Hari selanjutnya pemberian materi dan simulasi. Semoga aku dan teman-teman mampu melewati semuanya dengan baik karena berada di tempat ini pun penuh perjuangan (dramatisir) . Salah satu teman dari Makassar harus dilarikan ke rumah sakit karena maag akut.

Hmm, there are still 18 days left...



P.S. hari ketiga maagku kumat, notebook kena virus, hiks..hiksss.
Wish me luck people
demi kemajuan Ilmu Pengetahuan di Indonesia.


DrMR



Kamis, 06 November 2008

Unfinished Business

Unfinished business...

Saya yakin setiap orang pernah mengalaminya. Unfinished business, tentang sesuatu yang tak terselesaikan dan terus mengikuti kemana kaki melangkah, beserta serentetan pertanyaan yang melingkupinya.
Terkadang kita diserang begitu banyak pertanyaan, tentang sesuatu, tapi akhirnya aku sendiri lelah bertanya, karena seorang sahabat pernah berkata ”life will never ends with questions. Dan aku sadar itu benar adanya.
Dan akhirnya, aku berhasil menyelesaikannya. I’ve done with my unfinished business.
Betapa lega rasanya, ketika semua terselesaikan , entah akhirnya menyenangkan atau sebaliknya, tapi setidaknya, hidupku tak lagi terpusat di situ. Sesuatu yang selama ini menyita hati, pikiran, dan tenagaku. Semua yang seolah terkuras habis memikirkan apa jawab dan bagaimana semua harus berakhir.

Demi menyelesaikan unfinished business itu, ada banyak hal yang harus kukebelakangkan. Juga besarnya resiko yang harus kutempuh. Walau semuanya masih berwujud misteri, seruwet teka-teki pembunuhan ala Detective Conan atau Sherlock Holmes, namun bagaimanapun, aku harus`mengambil sikap, sebelum semuanya terlambat. Hidup ini harus mengarah ke sesuatu titik, suatu tujuan.

Dan akhirnya semua orang berhak bahagia, seperti perjuangan Will Smith dan anaknya dalam film The Pursuit of Happiness. Entah bagaimanapun caranya, dan tentu saja tidak ada kebahagiaan orang lain yang harus dikorbankan.
Yakinlah, semua indah pada waktunya…
Dan, sungguh otak kita terlalu kecil untuk mengerti semua rencana-Nya.

Baik atau buruk yang Allah berikan adalah selalu yang terbaik, tergantung kita mau memilih beajar atau tidak..(Adhitya Mulya).

Picture source at http://coffeeoriental.files.wordpress.com

DrMR.